Rabu, 03 Juni 2009

Ngobrolin Music Genre bareng Ajeng Awliya


Ajeng Awliya ialah salah satu murid SMAN 12 Jakarta
yang suka banget dengerin berbagai macam genre musik.
Nah, kesempatan kali ini kita bakal ngobrolin tentang hobi dia
yang satu ini dan pendapat dia tentang semua genre musik yang
ada. Lets check it out !

DR : Hai, Ajeng apa kabar ini ?

AA : Baik, hihihi

DR : Kita tanya-tanya dikit yah tentang hobi dengerin musik kamu ..

AA : Ooh oke silahkan :D

DR : Ajeng kan suka dengerin musik, dari semua genre musik yang kamu dengerin kamu paling
suka genre apa ?

AA : Iyaa, aku suka dengerin yang easy listening tapi paling suka jazz

DR : Kenapa, Jeng ?

AA : Seru aja dengernya hehehe.. Jazz itu unik, banyak macemnya dan ga semua jazz itu berat dan mellow

DR : Sekarang ini kan banyak genre-genre baru yang semakin unik, aneh dll. Tanggapan kamu buat hal ini apa ?

AA : Bagus ko .. Hmm, berarti memperkaya genre musik yang udah ada dong ya ..

DR : Kalau perkembangan musik sekarang ini menurut kamu gimana, Jeng ?

AA : Banyak banget sekarang dan pesat

DR : Kalau di Indonesia sendiri, menurut kamu gimana ?

AA : Perkembangannya pesat sih, tapi makin kesini makin aneh-aneh contohnya pop melayu -.-

DR : Dengan munculnya genre-genre yang baru, genre-genre asli Indonesia seperti keroncong, dangdut, sinden dll kan semakin lama semakin berkurang peminatnya, menurut kamu apa ya harus dilakukan supaya genre itu tidak hilang peminatnya ?

AA : Kita generasi muda harus coba-coba belajar main gamelan dsb, dengan cara misalnya ikut estrakurikuler karawitan dll. Seenggaknya dengerin dikit-dikit laah...

DR :Kalau musisi yang kamu suka siapa, Jeng ?

AA : Jason Mraz

DR : Kenapa ?

AA : Jazon Mraz unik banget. Performance dia selalu entertaining arnsemen musiknya variatif. Kepribadiannya dia juga bagus. Ga pernah macem-macem deh pokoknya hehehehe..

DR : Dalam musik kamu suka instrumen apa ?

AA : Aku suka semuanya deeh

DR : Terakhir nih, harapn kamu buat musik Indonesia ?

AA : Semoga makin berkembang, berkualitas dan musik asli Indonesia tetap terjaga :D

DR : Oke makasih ya Ajeng atas waktunya :D

AA : Sama-sama Dhita, Rizka :D

Dangdut, di goyaaang maaang ...

Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.

Dari musik Melayu ke Dangdut

Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhannya.

Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang m

asih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan d

unia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer di tahun 1970-an).

Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama. Beberapa nama dari masa 1970-an y

ang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Ra

fiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pern

ah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.

Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Penyanyi - penyanyi dangdut :

ERA 1970an

Rhoma Irama


Camelia Malik

Setelah era 1970an :


Hamdan ATT

Iis Dahlia